Senin, 23 Mei 2016

Japan Diary part 1: Hello Japan! Finally we met!


Dari SD, gue demen banget sama yang namanya baca manga. Mulai dari Doraemon sampai Nakayoshi. Puncaknya pas SMP sih, semakin beragam manga yang dibaca, semakin tertarik gue sama negara asalnya, yaitu Jepang.

Gue paling suka baca manga romance atau serial cantik bahasa gaulnya. Karena kebanyakan serial cantik ngebahas kehidupan sehari-hari (no ninjas no shuriken no pirates no ghoul no titans) (meski gue juga suka itu semua) well, jadi kepo aja sih sama kehidupan mereka terutama tradisi di sekolah, kaya festival olahraga, festival kebudayaan, kelulusan, naik sepeda pulang sekolah, lari ngejar kereta, eskul panahan yang menurut gue keren banget, sampai hal kecil kaya vending machine, semuanya fascinating.


SMA, gue pernah nulis di diary genk sekolah gue gitu (iya) (anak genk) kalo 10 tahun lagi, gue bakal ke Jepang sama suami gue (YHA) (TERSERAH) syukur alhamdulillah, 9 tahun dari tulisan itu dibuat, mimpi gue sudah terwujud (walaupun belum bersuami) (ets siapa tahu tahun depan kan pas 10 tahun tuh) (meg, ah...)

Setelah perjalanan yang makan waktu kurang lebih 10 jam, gue akhirnya sampai di bandara Haneda. Gue pikir, finally living my dream comes true bakal terharu sampai menitikkan airmata atau gimana, ternyata enggak juga. Badan gue terlalu capek dan hampir kena ambeien gara-gara kelamaan duduk di pesawat. Dan gue kebelet pipis. Dan gue jatuh cinta sama toilet bandara Haneda. Pintunya pintu lipat khas Jepang, dan tombolnya mewah, like really banyak tombol.



Kelar nge-tag kursi buat nginep di observatorium hall, gue turun nyari makan dan nemu Lawson. Men, nemuin Lawson di Jepang tuh kaya nemu harta yang paling berharga asli. Beda sama Lawson sini, Lawson di Jepang lebih lengkap, gede, dan isinya nikmat-nikmat semua. 





Asli ya pilihan makanannya menggoda iman semua pengen gue bawa kabur banget semuanya tapi setelah nyanyi ‘cap cip cup siapa yang paling enak’ pilihan gue jatuh ke bento box salmon yang sama sekali gak mengecewakan ini.

Singkat cerita, menjelang pagi gue dan teman gue mulai bergerak. Sebelum jalan ke apartemen, kita nyempatin diri mandi di shower room bandara, setengah jam harganya 1300 yen. Kita nyewa apartemen full house gitu pokoknya di daerah Ikebukuro. Yang kita tahu: apartemen kita bagus banget dari foto-fotonya di Airbnb. Yang kita gak tahu: kereta di Jepang jarang sepi dan gak semua stasiun ada elevatornya. Iya, turun di stasiun Ikebukuro, kita harus gotong koper naik tangga kurang-lebih setinggi 10 meter. Sebel.


Ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat naik kereta di Jepang: 
Pertama, jangan asik main hape di stasiun, meleng dikit lo bakal ketabrak. Orang Jepang geraknya cepet banget (mungkin mereka semua ninja) dan bener-bener gak buang-buang waktu kaya leyeh-leyeh gitu lho meski di lagi jalan biasa. 
Kedua, lihat kursi di keretanya, hindari yang prioritas ya. Dan orang Jepang gue salut banget yang bawa anak kecil di kereta, kalo ditawarin duduk malah nolak dan minta maaf dan ujung-ujungnya gak mau duduk mereka. Selama di Jepang gue gak pernah liat ibu hamil naik kereta sih. Mungkin cuti hamil di Jepang lama?
Ketiga, mereka bukan pemburu kursi. Jadi gue pikir no need masuk kereta grasak grusuk karena lo nyari duduk. Malu-maluin :')


Setelah 15 menit jalan kaki dengan bawa koper 10 kg dan gendong tas isi laptop sama novel, gue hampir menyerah. Rasanya pengen pulang ke Indonesia lagi. Tapi terus di lampu merah ada pemandangan menyegarkan: anak SMA, cowok, pake seragam dan didobel sweater kuning muda, rambutnya coklat dan naik sepeda lagi siap-siap nyeberang. Ganteeeenngggg (dasar wanita)

Dengan bantuan cowok SMA Jepang yang numpang lewat doang dalam hidup gue itu, energi gue kembali bangkit. Jalan lagi dah buat another 5 minutes, terus putus asa lagi karena gak nyampe-nyampe. Capek banget men. Saat itu lah gue menemukan sosok mas-mas ganteng penyelamat hidup (sengaja cari yang ganteng)

“sorry,” gue nyegat mas-masnya

“ya?”

“do you know this addres?” gue nunjukkin hape

“ah, emm.. eto...” dia melanjutkan dengan bahasa tubuh

“go straight?”

“straight...? YA, YA STRAIGHT! Eto....” pake bahasa tubuh lagi

“after going straight, than we have to go right? Or left? Is it close yet?”

“... sorry?”

Hmm sudah kuduga mas-nya tidak akan mengerti bahasa Inggris hmm baiklah ini menarik ini jadi tantangan baru untukku.

“straight. Finish. Left. Or right?” gue bedain left sama right pake tangan.

“OH! EUNG EUNG!” dia nunjuk sebelah kiri

“okay, is it close?”

“... sorry?” yha keluar lagi si sorry

“close..? Near...?” gue sempat mikir mau mraktekkin mana ‘close’ mana ‘far’ sebelum akhirnya salah satu teman gue yang baru beberapa bulan belajar bahasa Jepang turun tangan.

“Jikkai..?” (dekat?)

“Haik! Jikkai! Jikkai!” gue yakin dalam hati mas-nya ngedumel ‘daritadi kek ajak gue ngomong bahasa Jepang!’

“ah, arigato” kata temen gue “thank you” tambah gue.

Setelah dapat pencerahan dari mas-mas ganteng, akhirnya kita berhasil nemu apartemen yang kita sewa lewat Airbnb! Nyampe sana lngsung packing dan mempercantik diri untuk nyari makan sekaligus ‘kenalan’ sama Ikebukuro deh.

Fyi, ikebukuro terkenal sebagai surga otaku buat cewek. Di sini ada butler cafe terkenal se-Jepang juga, namanya Swallowtail. Tadinya gue tertarik mau ke sini, tapi karena keterbatasan budget (which is gak worth it budget makan di sini) akhirnya gak jadi reserve. Iya, kalo mau ke sini haru reserve paling enggak dua minggu sebelumnya. Gila kan.

Gue sempat googling dan mengetahui fakta bahwa butler cafe ini letaknya terpencil, dan pas gue ada di ‘sekitar’ lokasinya, bener dong gue sama sekali gak bisa nemuin di mana butler cafe Swallowtail. Gue cuma berhasil nemuin poster album mereka yang di taroh di lemari kaca macem mading jaman sekolah dulu gitu. Iya butler alias pegawai alias pelayan cafe ini punya album sendiri gaesss. Coba kalian tonton salah satu video klip ‘Swallowtail Butler Cafe’ ini deh . Yang pake kacamata jogetnya kaya pelepah pisang. Bodohnya gue malah merasa lagu-lagu mereka enak-enak wakakak karma menghina.


Selain Butler Cafe, Ikebukuro juga terkenal dengan ‘Animate’! Toko gede yang ngejual perintilan anime dan manga. Di atas pintu masuknya aja udah ada poster manga yaoi segede bed cover. Gue bukan peminat yaoi sih jadi cuek aja liatnya. Begitu masuk, anjay yang ngantri di kasir sama ngantri naik lift parah bangeeet panjaaaang kek antrian BPJS.

Gue suka anime dan baca manga, tapi gue kurang suka ngoleksi perintilan macem figurine atau buku atau map bergambar tokoh anime kesukaan gue (saat ke Jepang gue lagi suka banget sama Akatsuki no Yona, Assassination Classroom, Attack on Titan, Tokyo Ghoul, dan all time favorite: Digimon). Tapi asli ya di sini perintilannya iblis semuaaaa sebel banget ada yang dompet tapi bentuk boneka gitu yang bisa digantungin di tas huhu ada dvd anime nya Akatsuki no Yonaaaa terus ada eco bag Koro-sensei yang super lucu jugaaaa aduh pohon duit mana pohon duiiiittt.


Akankah gue kalap di ‘Animate’?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar